Curug Malela - Bandung
Air terjun, yang dalam bahasa sunda adalah curug merupakan
salah satu wisata yang banyak diburu para pecinta pemandangan indah. Curug
malela, sebagai salah satu wahana air terjun. Menawarkan nuansa indahnya air
terjun yang berbeda. Banyak kalangan menyebutkan bahwa Curug Malela mirip
dengan Niagara di Ontario, Canada. Memang ukuran Malela ini jauh lebih kecil
dengan debit air yang juga jauh lebih sedikit. Namun, dilihat dari strukturnya
bahwa Curug Malela ini memang layak dijuluki Niagara Mini.
Curug Malela berada di Kampung Manglid, Desa Cicadas,
Kecamatan Rongga, Kabupaten Bandung Barat, berbatasan dengan Kabupaten Cianjur
di barat laut Bandung. GPS menunjukkan posisi koordinat S07*00’38.1″ E107*12’22.0″ di atas batu tempat memandang
keindahan curug itu. Seperti ditulis di banyak situs blog pribadi, situs
pariwisata, atau situs resmi Perhutani, maupun Pemkab Bandung Barat, air terjun
ini memang mengagumkan.
Berdasarkan peta topografi, sungai yang jatuh sebagai Curug
Malela setinggi lebih kurang 50 m dan lebar mencapai 70 m, adalah Cicurug.
Toponimi sungai yang sesuai dengan sifat sungai ini yang banyak mempunyai air
terjun. Hulu sungai berasal dari lereng utara Gunung Kendeng dengan bekas
kaldera raksasanya yang berdiameter hampir 15 km. Dari gunung api yang terletak
di sebelah barat Ciwidey yang telah mati ini mengalir jaringan Sungai Cidadap.
Cidadap mengalir ke arah barat laut melalui Kecamatan Gununghalu menggerus
rangkaian batuan keras yang umumnya berciri produk letusan gunung api tua.
Aliran Cidadap setelah melewati utara Bunijaya, kemudian
mengalir dengan pola rektangular, yaitu suatu pola aliran sungai yang
berbelok-belok secara tajam, bahkan tegak lurus. Alirannya ke arah barat yang
kemudian bernama Cicurug mulai memasuki relief sangat terjal di suatu dataran
tinggi yang dulu dinamakan Plateau Rongga.
Suatu keniscayaan bagi sungai yang mengalir di atas plateau
untuk kemudian pola alirannya terganggu oleh air terjun yang
bertingkat-tingkat. Itulah yang terjadi pada aliran Cicurug. Selain Curug
Malela yang terbesar, ke arah hilir terdapat rangkaian tujuh air terjun
bertingkat sepanjang 1 kilometer. Yaitu, Curug Katumiri, Curug Manglid, Curug
Ngebul, Curug Sumpel, Curug Palisir, dan ditutup dengan Curug Pameungpeuk.
Semua terletak di Desa Cicadas.
Setiap air terjun memiliki kekhasannya tersendiri. Curug
Malela memiliki air terjun yang terpisah saat jatuh. Curug Katumiri pada pukul
8.00-9.00 bisa memperlihatkan pelangi di badan air terjun. Curug Ngeubul, air
yang jatuh berkumpul (kebalikan dari Curug Malela) sehingga menimbulkan efek
kabut dan suara yang menggelegar.
Curug Manglid memiliki goa di belakang air terjunnya. Curug
Sumpel memiliki daerah di bawah air terjun yang lebar. Curug Palisir mirip
Curug Malela dengan ketinggian yang lebih rendah. Terakhir, Curug Pameungpeuk,
yaitu muara air terjun antara Sungai Cidadap dan Cisoka yang terletak tidak
jauh dari air terjunnya.
Relief terjal Plateau Rongga memberikan medan terjal dengan
lembah-lembah membentuk huruf V yang berkemiringan lebih dari 100% atau
bersudut lebih dari 45 derajat. Itulah mengapa pengistilahan “dataran tinggi”
menjadi kurang tepat karena jika kita menuju wilayah ini, kita akan menghadapi
jalan yang turun naik berkelok-kelok. Di atas plateau ini ketika
sungai-sungainya mengerosi daerah secara vertikal, lereng-lereng lembah selain
menciptakan medan yang terbatas untuk dijelajahi, tapi dari sisi yang lain
menciptakan lanskap yang memesona mata.
Beberapa puncak plateau mencapai ketinggian di atas 1.000 m
di atas muka laut rata-rata membuat udara pada Plateau Rongga umumnya sejuk.
Tata guna lahan adalah perkebunan dan hutan. Sejak zaman Belanda, wilayah ini
diperuntukkan bagi perkebunan teh yang sekarang dikelola oleh PTP Nusantara
VIII Montaya.
Batuan yang membuat relief menjadi terjal dan kasar itu
adalah batu breksi dan konglomerat berumur Miosen Atas, kira-kira diendapkan
pada lingkungan peralihan darat dan laut pada waktu 10 hingga 5 juta tahun yang
lalu. Sumbernya diperkirakan beberapa gunung api purbakala di selatan Jawa Barat
yang aktif pada masa itu. Jenis batuan ini yang di Curug Malela sendiri tampak
berlapis-lapis, bersifat sangat keras. Kesan yang timbul dari kerasnya batuan
dapat dilihat dari morfologi batuannya yang memperlihatkan dinding-dinding
tegak yang licin. Itulah yang nampak pada dinding Curug Malela yang terlihat
begitu kokoh dan anggun.
Keanggunan air terjun yang dalam foto kecepatan rendah
memberikan kesan seperti benang-benang sutra halus, tidak dimungkiri telah
menawan hati dan pandangan mata siapa yang datang mengunjunginya. Jika hari
tidak keburu gelap, kita akan seharian duduk tanpa bosan-bosannya menyaksikan
fenomena alam yang luar biasa ini.
Akan tetapi jangan ke Curug Malela jika Anda ingin
berwisata! Bahan bacaan yang ada di situs-situs memang memberitakan keindahan
Curug Malela. Bahkan sejak tahun 2006, beberapa media memuat
pernyataan-pernyataan pejabat pariwisata yang memuji-muji potensi yang luar
biasa ini. Kenyataannya, akses jalan menuju lokasi lumayan sulit untuk dicapai
bagi yang belum terbiasa.
Di Kota Kecamatan
Rongga, kita kembali dihadapkan pada persimpangan jalan. Ambil jalan ke kiri yang akan membawa kita ke
daerah Kubang Cicalengka, Perkebunan teh Montaya. Jalan perkebunan asri yang
diapit pohon-pohon mahoni dan damar membawa kita memasuki daerah perbukitan
yang turun-naik berkelok-kelok pada jalan sempit. Beberapa kali kendaraan kita
dapat langsung berhadapan pada kelokan sempit dengan kendaraan lain, atau
terkejut ketika tiba-tiba pengendara ojek muncul di depan hidung kita dengan tiba-tiba.
Perjalanan dari Gununghalu ke Kubang Montaya yang hanya
berjarak kurang dari 20 km terpaksa harus ditempuh antara 1setengah hingga2 jam
perjalanan kendaraan roda empat atau kurang lebih satu jam bila mengendarai
sepeda motor. Dari Simpang Kubang ke arah Cicadas kita akan didera jalan batu
yang berlubang-lubang. Bagi yang tidak terbiasa, perlu waktu hampir satu jam
menempuh jarak pendek tidak lebih dari 3 km itu.
Sesampainya di Cicadas kita akan dihadapkan sebuah gapura
gerbang curug malela. Sebenarnya kendaraan roda empat saat ini sudah bisa masuk
ke gerbang hingga kurang lebih 400M menuju Pasir Tamiang (nama dataran tinggi
di atas air terjun). Namun, bagi yang bagi yang berminat, bisa memparkirkan
kendaraannya di halaman SDN Cicadas, kemudian berjalan kaki dengan jarak tempuh
kurang lebih satu jam menuju lokasi.
Sejak 2006 atau 2007, Pemerintah Kabupaten Bandung yang
kemudian dilanjutkan oleh Bandung Barat telah menyatakan akan mengelola
destinasi potensial ini. Hingga 2009 akses jalan kelihatannya sudah diperbaiki
(sekalipun kembali berlubang-lubang), tetapi menyisakan hampir 5 km yang sangat
menyiksa dan membuat frustrasi wisatawan.
Akses menuju Curug Malela dengan kendaraan umum sebenarnya
juga tidak terlalu sulit. Kebanyakan yang datang memulai perjalanan dari kota
Bandung, meskipun bisa juga melalui jalur Sukabumi atau Cianjur. Di bawah ini
sedikit panduan untuk menuju lokasi (rute) Curug Malela:
ü Dari terminal Ciroyom, Bandung: Naik
Bis jurusan Gununghalu/Bunijaya yang ditempuh dalam waktu sekitar 3 hingga 4
jam.
ü Dari terminal Leuwi Panjang, Bandung:
naik angkot jurusan Cimahi atau Cililin, dari Cililin lanjutkan dengan Angkot
jurusan Gununghalu (turun di depan mini market alfamart - gununghalu) kemudian
naik Bis jurusan Gununghalu/Bunijaya. Atau langsung saja dari Cililin naik Bis
jurusan Gununghalu/Bunijaya.
ü Dari Tol Padalarang, Kabupaten Bandung
Barat: naik angkot jurusan Cimahi, turun di Cimareme dan lanjutkan naik angkot
jurusan Cililin atau langsung saja dari Cimareme naik Bis jurusan
Gununghalu/Bunijaya.
ü Dari terminal Cileunyi, Kabupaten
Bandung: Naik Bis Jurusan Cileunyi - Cililin kemudian dari Cililin lanjutkan
dengan naik Bis jurusan Gununghalu/Bunijaya. Dari terminal Bunijaya, lanjutkan
perjalanan dengan menggunakan ojek ke Desa Cicadas atau jika Anda ingin
mengirit pengeluaran atau yang suka berpetualang, silahkan berjalan kaki dengan
jarak sekitar 12 km. Setelah itu lanjutkan perjalanan melintasi bukit-bukit,
hutan dan sawah sekitar 3 hingga 4 km. Dan bagi yang belum tau lokasi, jangan
khawatir sebab begitu tiba di Desa Cicadas, sudah ada warga setempat yang
bersedia memandu Anda menuju ke lokasi air terjun. Dalam perjalanan, Anda bisa
menikmati pemandangan perkebunan teh yang dikelola oleh PTPN VIII Montaya saat
melewati Kecamatan Gununghalu - Rongga.